Pengertian Akuntansi Secara Umum dan Luas (Lengkap)

Advertisement
       
      
              
    
  
  

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Akuntansi
Akuntansi sering disebut sebagai “bahasanya dunia usaha” karena akuntansi akan menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang menyelanggarakannya dan pihak luar untuk mengambil keputusan.

Pengertian Akuntansi Menurut Ahli

2.1.1    Pengertian Akuntansi
Pengertian akuntansi menurut Henry Simamora dalam buku “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa:
“Akuntansi (accounting) adalah proses pengidentifikasian, pencatatan dan pengkomunikasian kejadian-kejadian ekonomi suatu organisasi (perusahaan ataupun bukan perusahaan) kepada para pemakai informasi yang berkepentingan”.
(2000;4)
Sedangkan pengertian akuntansi menurut Lili M. Sadeli dalam buku “Dasar-dasar Akuntansi” menyatakan bahwa:
“Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut”
(2006;2)
Berdasarkan pengertian akuntansi yang telah dikemukan di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan kejadian-kejadian ekonomi suatu organisasi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi para pemakainya.

Tujuan Akuntansi

2.1.2    Tujuan Akuntansi
Tujuan akuntansi atau laporan keungan menurut berbagai sumber dapat kita lihat dari penjelasan dibawah ini.
Menurut Soemarso dalam buku Akuntansi Suatu Pengantar menyatakan bahwa:
“Tujuan utama Akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi (economic information) dari suatu kesatuan ekonomi (economic entity) kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(2004;3-4)
Menurut A Statement Of Basic Accounting Theory (ASOBAT) oleh Sofyan Syafri Harahap dalam buku Teori Akuntansi merumuskan 4 tujuan akuntansi, sebagai berikut:
“1. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan.
  2. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya.
  3.   Memelihara dan melaporkan pengumuman terhadap kekayaan.
  4.   Membantu fungsi dan pengawasan sosial”.
(2007;122)
Dari tujuan akuntansi yang telah dikemukakan  di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan akuntansi yaitu, menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas, mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya, memelihara dan melaporkan pengumuman terhadap kekayaan, serta membantu fungsi dan pengawasan sosial.
2.1.3    Pemakai Informasi Akuntansi
Para pembuat keputusan membutuhkan informasi. Semakin penting keputusan tersebut, maka semakin besar pula kebutuhan akan informasi yang relevan. Menurut Henry Simamora dalam buku “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi terdiri atas dua golongan:
“1. Para Pemakai Internal
  2. Para Pemakai Eksternal”
(2000;6)
Sedangkan menurut  Evi Maria dalam buku “Akuntansi Untuk Perusahaan Jasa” menyatakan bahwa pihak-pihak yang menggunakan informasi akuntansi adalah:
“1. Pemilik Perusahaan/Pemegang Saham
2. Investor
3. Manajer
4. Karyawan dan Serikat Pekerja
5. Pemberi Dana/Kreditur
6. Pemerintah
7. Analisis, Akademis dan Pusat Data Bisnis”
(2007;7-9)
Adapun penjelasan dari kutipan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Pemakai Internal
Para pemakai internal (internal user) terutamanya adalah manajer dan staf internal dan bebagai entitas bisnis. Manajer perlu mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya.


Pemakai Eksternal
Para pemakai eksternal (external user) informasi keuangan adalah pihak-pihak luar perusahaa. Pemakai eksternal ini biasanya terdiri atas beberapa pihak
a.  Pemilik Perusahaan
Para pemilik (owners) adalah membenamkan dana mereka yang berharga ke dalam sebuah organisasi bisnis.
b.  Karyawan
Para karyawan biasanya berkepentingan dengan penilaian posisi finansial perusahaan mereka guna menunjukkan suatu indikasi keselamatan pekerjaan mereka.
c.  Investor
Investor memasok dana yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan usaha.
d. Kreditor
Kreditor adalah pihak yang menyediakan barang-barang, jasa-jasa dan sumber daya keuangan bagi perusahaan baik denag mengucurkan kredit usaha maupun memberikan pinjaman.
e.  Badan Pemerintah
Sebagian besar perusahaan tentunya bersentuhan dengan peraturan-peraturan pemerintah.
f.   Organisasi Nirlaba
Organisasi-organisasi nirlaba (nonprofit organizations) seperti yayasan pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, memakai informasi akuntansi untuk merencanakan dan mengelola aktivitas-aktivitasnya.
g.  Analisis, Akademis dan Pusat Data Bisnis
Laporan keuangan digunakan sebagai bahan atau sumber informasi primer.
h.  Masyarakat
Masyarakat umum berkepentingan dengan aktivitas-aktivitas entitas bisnis.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemakai informasi akuntansi terdiri atas dua golongan, yaitu: para pemakai internal  dan para pemakai eksternal. Para pemakai internal terdiri dari manajer staf internal dan bebagai entitas bisnis sedangkan para pemakai internal terdiri dari pemilik perusahaan, karyawan, investor, kreditor, pemerintah, organisasi nirlaba, analisis, akademis dan pusat data bisnis, dan masyarakat.

2.1.4    Kegiatan Akuntansi
Untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisis dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya.
Menurut Soemarso dalam buku “Akuntansi Suatu Pengantar”, kegiatan akuntansi meliputi:
“1. Pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan untuk suatu pengambilan keputusan.
2.    Pemrosesan data yang bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan
3.    Pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan”
(2004;4)


Sedangkan menurut Ahmad Tjahjono dan Sulastiningsih dalam buku “Akuntansi Pengantar: Pendekatan Terpadu”, 3 kegiatan pokok akuntansi adalah
“1.  Aktivitas Mengukur
2.      Aktivitas Pencatatan
3.      Aktivitas Komunikasi”
(2003;2)
Adapun penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut:
1.      Aktivitas Mengukur
Aktivitas mengobservasi dan mengevaluasi kegiatan bisnis yang dapat dinyatakan dalam bentuk keuangan.
2.      Aktivitas Pencatatan
Setelah transaksi bisnis diobservasi dan diseleksi, maka tahap kedua adalah mencatat transaksi tersebut ke dalam media pencatatan yang telah disiapkan.
3.      Aktivitas Komunikasi
Aktivitas ini meliputi aktivitas penyusunan laporan keuangan serta menginformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga pokok kegiatan akuntansi, yaitu: pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan, pencatatan transaksi tersebut ke dalam media pencatatan yang telah disiapkan, dan pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan.


2.2       Biaya
Dalam ilmu akuntansi, terdapat dua istilah yaitu cost dan expense. Kedua istilah tersebut biasa disebut dengan biaya walaupun pada dasarnya keduanya mempunyai arti yang berbeda. Dalam pengertian akuntansi, cost harus dibedakan dengan expense. Secara harfiah, cost diartikan sebagai biaya sedangkan expense diartikan sebagai beban.

2.2.1    Pengertian Biaya
Pengertian biaya menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” menyatakan bahwa:
“Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva tetap”.
(2005;8-9)
Sedangkan pengrtian biaya menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Amos Kwary dalam buku “Akuntansi Manajemen”, mengatakan bahwa:
“Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi”.
(2006;40)
Berdasarkan pengertian biaya yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya adalah suatu nilai yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2.2        Penggolongan Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karenadalam akuntansi biayadikenal konsep: “different cost for different purpose”.
Menurut Mulyadi dalam “Akuntansi biaya”, biaya digolongkan menjadi lima, yaitu:
          “1.  Objek Pengeluaran
2.   Fungsi Pokok dalam Perusahaan
3.   Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang dibiayai
4.   Perilaku Biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume
     kegiatan
5.  Jangka waktu manfaatnya”
(2005;13)
Adapun penjelasan dari kutipan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1.  Penggolongan Biaya menurut Objek Pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”
2. Penggolongan Biaya menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
    Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan funsi administrasi & umum.
a.       Biaya Produksi.
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong; biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
b.      Biaya Pemasaran.
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample)
c.       Biaya Administrasi dan Umum. Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photocopy
3.  Penggolongan Biaya menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan produk, biaya dapat dibagi menjadi dua: biaya Produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua: biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen. Dalam hubungan dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokan menjadi dua golongan:
  1. Biaya Langsung (direct cost).
  2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost).
Biaya Langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya langsung adalah semua biaya yang terjadi 
Biaya Tidak Langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.
4.  Penggolongan Biaya menurut Perilaku Biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi:
a.   Biaya variabel
b.  Biaya semivariabel
c.   Biaya semifixed
d.  Biaya tetap
Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
Biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
5.  Penggolongan Biaya atas dasar  Jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.
Pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi satu tahun kalender). Pegeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga aktiva, dan dibebankan dalan tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara depresiasi, diamortisasi dan dideplesi.
Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran pandapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.


                                    Biaya Produksi
Biaya Produksi merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi hasil kegiatan produksi, sehingga memerlukan perhatian yang lebih baik, baik dalam perencanaan maupun dalam pengendaliannya. Pengertian biaya produksi Menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Ahmad Hendriyanto dalam buku “Manajemen Biaya”, menyatakan bahwa:
“Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi barang atau jasa”.
(2000;45)
Sedangkan pengertian biaya produksi menurut Sujana Ismaya dalam “Kamus Besar Akuntansi” mengatakan bahwa:
“Biaya produksi adalah biaya untuk memproduksi yang terdiri dari bahan langsung, upah langsung dan biaya tidak langsung”.
(2006;345)
Berdasarkan  pengertian biaya produksi yang telah dikemukan di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam mengolah mengolah bahan baku menjadi barang jadi barang dalam periode tertentu.

                                    Unsur Biaya Produksi
Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar unsur-unsur biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung atau disebut juga dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik disebut juga dengan istilah biaya konversi (conversion cost) yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produksi jadi.

                                    Biaya Bahan Baku
Pengertian biaya bahan baku menurut Sunarto dalam bukunya “Akuntansi Biaya” menyatakan bahwa:
“Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang”.
(2003;5)
Sedangkan pengertian biaya bahan baku menurut Munandar dalam buku Budgeting: Perencanaan kerja, Pengkoordinasian kerja, pengawasan kerja” menyatakan bahwa:
“Biaya bahan baku (direct material) adalah biaya yang terdiri semua bahan yang dikerjakan di dalm proses produksi untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual”.
(2000;25)
            Berdasarkan pengertian biaya bahan baku yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya bahan baku adalah semua biaya untuk memperoleh bahan baku yang dipakai dalam proses produksi untuk membuat barang.


                                    Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Ahmad Tjahjono dan Sulastiningsih dalam buku “Akuntansi Pengantar: Pendekatan Terpadu” menyatakan bahwa:
“Biaya tenaga kerja langsung merupakan upah yang dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung, yaitu para tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi”.
(2003;370)
Sedangkan pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” menyatakan bahwa:
“Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”.
(2006;319)
Berasarkan pengertian biaya tenaga kerja langsung yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang diberikan kepada para tenaga kerja yang secara langsung mengolah bahan mentah menjadi barang lain.




                                    Biaya Overhead Pabrik
Pengertian biaya overhead pabrik menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Ahmad Hendriyanto dalam buku “Manajemen Biaya” menyatakan bahwa:
“Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung atau tenaga kerja langsung dikumpulkan menjadi satu kategori”.
(2000;45)
Sedangkan pengertian biaya overhead pabrik menurut Bastian Bustami dan Nurlela dalam buku “Akuntansi Biaya” menyatakan bahwa:
“Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk selesai”.
(2007;10)
Berdasarkan pengertian biaya overhead pabrik yang telah dikemukakan di atas maka dapat disipulkan bahwa biaya overhead pabrik adalah semua biaya yang dikeluarkan selain dari biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung yang yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan produksi.

2.3       Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya diperlukan untuk memperoleh informasi biaya secara terperinci mengenai biaya yang berhubungan dengan produksi dan penjualan barang jadi. Akuntansi biaya merupakan alat bagi manajemen dalam merencanakan mengorganisir, mengawasi perusahaan agar tercapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan efisien.

2.3.1    Pengertian Akuntansi Biaya
Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” menyatakan bahwa:
“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya”.
(2005;7)
Sedangkan pengertian akuntansi biaya menurut Ahmad Tjahjono dan Sulastiningsih dalam buku “Akuntansi Pengantar: Pendekatan Terpadu” mengatakan bahwa:
“Akuntansi biaya adalah akuntansi yang berhubungan dengan identifikasi, pengukuran, dan pengendalian biaya pabrik”.
(2003;17)
Berdasarkan pengertian akuntansi biaya yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan suatu proses pengumpulan dan pelaporan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya produksi tidak langsung yang dilakukan oleh setiap bagian yang bertanggung jawab.


2.3.2    Tujuan Akuntansi Biaya
Tujuan akuntansi biaya dikemukakan oleh Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” adalah:
            “1. Penentuan Harga Pokok.
  2.  Pengendalian Biaya.
  3. Pengambilan Keputusan khusus”.
(2005;7)
Adapun penjelasan dari kutipan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Penentuan Harga Pokok
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi di masa lalu atau biaya historis.
2. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap penyimpangan biaya terjadinya selisih tersebut.
3. Pengambilan Keputusan Khusus
Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu, informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi masa yang akan datang. Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan.
Sedangkan tujuan akuntansi biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela dalam buku “Akuntansi Biaya” adalah:
            “1. Menyusun dan melaksanakan rencana anggaran operasi  perusahaan
              2.  Menetapkan metode perhitungan biaya dan prosedur yang   menjamin adanya pengendalian
              3.    Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan   menetapkan harga”.
(2007;3-4)
Berdasarkan tujuan akuntansi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan akuntansi biaya adalah menentukan harga pokok, menyusun rencana anggaran operasi perusahaan, menetapkan metode perhitungan biaya dan prosedur yang menjamin adanya pengendalian serta pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang

2.4       Laporan Keuangan
Hasil akhir dari siklus akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan keuangan dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak luar perusahaan mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.

2.4.1   Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Soemarso dalam buku yang berjudul “Akuntansi suatu Pengantar” menyatakan bahwa:
Laporan keuangan adalah media komunikasi yang biasa digunakan perusahaanuntuk pihak luar. Di dalamnya tercantum sebagian besar informasi keuangan yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengabilan keputusan”.
(2005;356)
Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut John J. Wild and Friend yang diterjemahkan oleh Yavini S. Bachtiar dkk, dalam buku yang berjudul “Analisis Laporan Keuangan” menyatakan bahwa:
“Laporan keuangan merupakan produk proses pelaporan keuangan yang diatur oleh standar dan aturan akuntansi, intensif manajer, serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan”.
(2005;83)
Berdasarkan pengertian laporan keuangan yang telah dikemukan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang mempunyai fungsi sebagai media informasi dan komunikasi antara pihak intern (perusahaan) dengan pihak ekstern (pihak lain) yang mempunyai kepentingan dengan data atau laporan dari hasil kegiatan perusahaan yang disajikan.

2.4.2        Jenis-jenis Laporan Keuangan
            Menurut Ahmad Tjahjono dan Sulastiningsih dalam buku Akuntansi Pendekatan Terpadu, jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari:
            “1.  Neraca (Balance Sheet).
2.   Laporan Laba Rugi (Income Statement).
3.   Laporan Ekuitas Pemilik (Statement Owner’s Equity).
4.   Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)”.
(2003;18)
            Adapun penjelasan dari kutipan di atas adalah:
1.  Neraca (Balance Sheet).
Merupakan ringkasan posisi keuangan yang meliputi aktiva, utang, dan modal pada waktu tertentu
2.  Laporan Laba Rugi (Income Statement).
Merupakan ringkasan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu
3.  Laporan Ekuitas Pemilik (Statement Owner’s Equity).
Merupakan ringkasan perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu.
4.  Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
Merupakan ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas selama periode waktu tertentu.

2.4.3    Harga Pokok Produksi
Untuk membentuk harga pokok produksi dibutuhkan berbagai informasi mengenai biaya-biaya yang terjadi selama proses produksi karena biaya produksi akan membantuk harga pokok produksi. Informasi harga pokok produksi menjadi sangan penting bagi perusahaan, yaitu sebagai pedoman bagi pihak manajemen dalam rangka menentukan harga jual yang mampu bersaing dipasaran.

2.4.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Pengertian harga pokok produksi menurut Slamet Sugiri dan Bogat Agus Riyono dalam buku “Akuntansi Pengantar I” menyatakan bahwa:
“Biaya produksi atau harga pokok produksi merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan mengolah bahan baku menjadi barang jadi”.
(2004;264)
Sedangkan pengertian harga pokok produksi menurut Garrison/Norren yang diterjemahkan oleh A. Totok Budi Santoso dalam bukunya “Akuntansi Manajemen”, menyatakan bahwa:
“Harga pokok produksi adalah sejumlah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang terjadi selama periode tertentu dan berkaitan juga dengan barang-barang setengah jadi”.
(2000;46)
Dari pengertian harga pokok produksi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah sejumlah biaya produksi yang terjadi selama perode tertentu untuk memperoleh dan mengolah bahan baku menjadi barang jadi.

2.4.3.2 Fungsi Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya”, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk:
“1. Menentukan harga jual produk
  2. Memantau realisasi biaya produksi
  3. Menghitung laba atau rugi periodic
  4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
      dalam proses yang disajikan dalam neraca”.
(2006;65)
Adapun penjelasan dari kutipan di atas adalah:
1.  Menentukan Harga Jual Produk
Biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan disamping informasi biaya lain serta informasi nonbiaya.
2.  Memantau Realisasi Biaya Produksi
Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu, akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
3.  Menghitung Laba atau Rugi Bruto Periode Tertentu
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam perode tertentu.
4.  Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses Disajikan dalam Neraca
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses.

2.4.3.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
            Pengumpulan harga pokok produksi adalah pengumpulan seluruh biaya dalam suatu proses produksi. Metode pengumpulan harga pokok produksi adalah cara pengumpulan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi.
Menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
“1. Produksi atas dasar Pesanan
  2. Produksi Massa”
(2006;16)
Adapun penjelasan dari kutipan di atas adalah
1. Produksi atas dasar Pesanan
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method). Dalam metode ini, biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.

2. Produksi Massa
Perusahaan yang berproduksi secara masa, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok proses (process cost method). Dalam metode ini biaya-biaya produksinya dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.

2.4.3.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya” dalam memperhitungkan unsur-unsur ke dalam harga pokok produksi, terdapat 2 pendekatan, yaitu:
“1. Full Costing
  2. Variable Costing”.
(2006;17)
Adapun penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut:
1.  Full Costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Biaya pemasaran
 


2.  Variable Costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel.
+
 
Biaya overhead pabrik tetap

 
Sedangkan menurut Bastian Bustami dan Nurlela dalam buku “Akuntansi Biaya”, penentuan harga pokok produksi terdapat 2 metode, yaitu:
“1. Metode Kalkulasi Biaya Penuh (Full Costing)
  2. Metode Kalkulasi Biaya Variabel (Variable Costing)
(2007;48)
Adapun penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut:
1.    Metode Kalkulasi Biaya Penuh (Full Costing)
Adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan memperhitungkan semua biaya.
2.    Metode Kalkulasi Biaya Variabel (Variable Costing)
Adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja.
Dari metode penentuan harga pokok produksi di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penentuan harga pokok produksi terdapat dua pendekatan, yaitu: metode biaya penuh (full costing) adalah metode penentuan harga pokok produksi dengan memperhitungkan semua biaya produksi ke dalam harga pokok produksi dan metode biaya variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok produksi dengan hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi.

       
      
               
    
       
Advertisement

You might also like

0 Comments


EmoticonEmoticon